Tongoi Papua Gelar Raker berakhir Ricuh di ruang pertemuan di gedung Multi Porpose Kuala Kencana (09/11/2016), (Foto: Dok.KM) |
Kuala Kencana, (KM)-- Rapat Kerja (Raker) Tongoi Papua telah berlangsung selama dua hari berturut-turut (08-09/11/2016) berlangsung diselenggarakan di Gedung Multi Purpose Kuala Kencana berakhir dengan ricuh.
Kericuan terjadi pada akhir rapat kerja (Raker) dikarenakan saling mencurigakan calon President Direktur PT. Freeport Indonesia diantara para petinggi Freeport asal Papua yang tergabung dalam Tongoi Papua dan Papuan Brotherhood.
Kericuan terjadi diduga karena karyawan asal Suku Amungme terhadap tujuan tersembunyi alias rahasia dibalik raker yang rencana direkomendasikan kepada Frans Pigome dan Napoleon Sawai dicalonkan menjadi calon President Direktur PT. Freeport Indonesia sehingga mendapat protes serius terhadap Frans dan jajarannya agar segera transparan untuk rekomendasi.
Tongoi Papua adalah sebuah wadah representative pekerja Freeport untuk bicara soal kepentingan karyawan Papua yang didirikan sebagai representative pekerja Papua dalam lingkar PT. Freeport Indonesia.
Raker mulai sejak hari selasa 8-9 November 2016, untuk membahas sejumlah program kerja diantaranya Rekomendasi calon President Direktur PT. Freeport Indonesia yang hingga kini belum menduduki dalam struktur organisasi Freeport Indonesia, sehingga raker ini menghasilkan rekomendasi yakni Presiden Tambang PT. Freeport Indonesia harus orang Papua.
Ketua Umum Tongoi Papua, Frans Pigome menghendaki agar Program Balai Pelatihan Khusus (BLK) dibuka di Biak sehingga Pigome membuka dan hadirkan beberapa tokoh adat asal Biak, namun muncul berbagai pertanyaan dari karyawan Papua membuat memancing aksi protes.
Hal yang sama, Yoel Yolemal Staff Papuan Affairs Departemen PT. Freeport Indonesia sangat menyesalkan apabila BLK tersebut dibuka di Biak, sedangkan Tujuh Suku dan Papua di Timika sangat membutuhkan, banyak penganggur, banyak anak-anak terlantar pada hal ada Nemangkawi Mining Institute, orang lokal tidak belajar, sehingga muncul suatu pertanyaan besar, katanya, jikalau ada program seperti BLK kenapa tidak dibuka di Timika, maka tegas Yoel ingat pak frans, PT. Freeport Indonesia ada di Timika, bukan di Biak.
Lontaran aksi protes pekerja asal Suku Amungme, apabila membuka program ini harus pertimbangkan secara matang karena akan menimbulkan masalah besar dalam perusahaan dengan hal lain terkait keamanan, maka kami pekerja asal Amungme menolak dengan tegas program yang dirancang Frans Pigome di Biak.
Kericuan terjadi juga bermula dari program BLK, pengajuan Presdir atau 01 PTFI, Fredy Magai Staff Karyawan Industrial Relations meminta Frans Pigome dan Silas Natkime harus bersatu untuk merebut 01 Freeport, kalau tidak bersatu Fredy akan batalkan tujuan terselubung dari raker ini.
Hal ini ditanggapi serius oleh Frans Pigome bahwa akan bersatu dan pulangkan dan mengancam pulangkan Ketua Serikat Pekerja Sudiro karena menurut Ketua Umum Tongoi Frans Pigome menuduh Ketua SPSI Sudiro adalah Perusak Freeport selama ini bukan Tongoi Papua dan Papuan Brotherhood, maka Frans tegaskan Ketua PUK-SKEP SPSI PT. Freeport Indonesia Sudiro diberhentikan dan dipulangkan kata Frans yang disambut riah oleh peserta dan ratusan anggota Tongoi Papua.
Pewarta: Yuli Nawipa
Editor : Andy /39/KM
0 komentar:
Posting Komentar