Fhoto, Penulis.(Sumber : Duk Pribadi/KM) |
Waktu terus berlalu,
Usianya pun semakin bertambah
Perjam,
Permenit,
Perdetik,
Diselimuti kesunyian dan kegelapan,
Disana Semua insan terdiam bisu dihabitat-Nya.
Hati bertanya!
Apa yang harus ku lakukan?
Apa yang harus ku diterapkan?
Sebab,
Hidup hanya sebentar. Sebagai titipan Sang Khalik.
Sang Khalik, telah menitipkan,
Berdasarkan daerah,dan wilayahnya tersendiri
Namun, mengapa?
Kaum kolonial , terus meraja rela dilingkup-ku?
Membuat,
Semua kekayaan pada titik kepunahan.
Suara hati,bertanya!
Andaikan, Negara punya penegak hukum yang kokoh?
Andaikan Negara punya Undang – undang yang pasti,
Andaikan negara punya akal sehat,
Hidupku pun nyama.
Kini ku sadar,
Karen tindahkanmu,
Rasku hancur.
Budayaku, pada garis berantahkan.
Hutan hijau jadi gundul.
Sebab, Ku katakana!
Kau pencuri,
Kau pembunuh,
Kau penindas,
Kau pemerkosa,
Dan kau penganiayaya.
Oh…Bapa-Ku, Pencipta Alam semesta,
Haruskah ini, terus kami terima?
Mohon….Selamatkan kami disini……
Karya : Martinus Gobai
Di Negeri Kolonial, 19 Agustus 2016
Penulis adalah Mahasiswa Papua, Kuliah di Pulau Jawa
0 komentar:
Posting Komentar