Tragedi Paniai Berdarah pada 08 Desember 2014 lalu yang diduga melibatkan oknum TNI yang mayatnya dimakamkan di Lapangan Karel Gobai, Pania, Papua. |
Yogyakarta, (KM)—Momen peringatan 17 Agustus besok, mengingatkan Pemerintah Kabupaten Paniai, atas nama Pemerintah Indonesia untuk menghormati Kuburan 4 pelajar yang dikuburkan di lapangan Karel Gobai yang akan dijadikan sebagai Lapangan Upacara Bendera. Oleh karena itu, pemerintah mesti menyadari bahwa lapangan tersebut telah menjadi lapangan kuburan korban kekuasaan.
Hal ini disampaikan oleh Dewan Adat Wilayah (DAW) Meepago, Okto Marko Pekei, saat diwawancara Kabar Mapegaa, Senin, (15/07) via telepon.
“Diatas kuburan korban kekuasaan tersebut, pemerintah tak pantas menjadikan lapangan upacara apalagi pemerintah selaku pemegang kekuasaan tak pernah menyelesaikan masalah yg telah menelan korban nyawa tersebut,” tegasnya
Namun, lanjut Marko, jika pemerintah melaksanakan upacara bendera diatas lapangan kuburan korban kekuasaan tersebut, maka tindakan tersebut mengkhianati keluarga korban.
“Apalagi Bupati Paniai sempat mengatakan bahwa jika masalah tersebut tdk diselesaikan, maka akan melepaskan garuda,” ujarnya
Oleh karena itu, lanjut Okto, bila Bupati Paniai menyadari ungkapannya, maka beliau semestinya tak boleh mengadakan Upacara Bendera yg telah menjadi kuburan korban kekuasaan tersebut.
“Ini lapangan kuburan, bukan lapangan upacara. Diatas lahan kuburan, tdk boleh ada upacara bendera. Silahkan Pemerintah adakan upacara bendera dilapangan lain. Karena status lapangan telah berubah menjadi kuburan,” tengas ketua Dewan Adat Wilayah Meepago itu.
Menurut Budaya orang Mee, diatas kuburan, yang bisa dilakukan ialah hanya membersihkan makamnya agar rerumputan tidak menutupi kubur. Diatas kuburan tidak diperbolehkan merayakan kegiatan dalam bentuk apapaun. Pesta dirayakan dalam rumah atau halaman rumah atau dusun kebun.
Kemudian, informasi yang sedang beredar di kalangan masyarakat Paniai, peserta yang akan ikut itu hanya keluarga PNS saja karena takut akan diberi sanksi oleh Pemerintah setempat, TNI dan POLRI di Paniai.
Sementara itu, Servius Kedepa, Ketua Yayasan Lembaga Swadaya Masyarakat (YLSM) Komopa, juga mengatakan, empat Siswa SMA Paniai yang pernah ditembak mati di tempat oleh pasukan gabunagan TNI dan POLRI. Belasan orang lainnnya mengalami luka tembak. Dan telah dimakamkan di Lapangan Karel Gobai.
“Lapangan Sepak Bola Karel Gobai telah dijadikan taman Makam Korban penembakan pelanggaran HAM sejak 4 jenazah dikuburkan di lapagan tersebut. Sehingga kami keluarga korban Paniai Berdarah menolak dan menghargai nuilai budaya setempat,” katanya
Katanya, dalam hati seluruh warga di Paniai tidak akan memperingati hari kemerdekaan RI, 17 Agustus 2016.
Pewarta: Manfred Kudiai
0 komentar:
Posting Komentar