Foto Oktovian Yogi (Sumber: Fb Sampul pribadi)/KM |
Oleh Oktovian Yogi
Opini, Kabarmapegaa.com--Orientalisme pendidikan Belanda di Papua dari hasil pemahaman dan hasil membaca buku dapat di ulas singkat sesuai pemahaman saya. Mengapa ?? karena masalah persoalan ini ceritanya panjang namun di persingkat dari tulisan saya.
Sistem pendidikan Papua ditentukan dan kendalikan oleh sistem pendidikan Indonesia, karana Papua masih di anggap bagian dari Indonesia sehingga aturan pendidikan pun berlaku di tanah Papua. Penyusun kurikulum Indonesia juga digunakan oleh sekolah- sekolah yang di rintis oleh misonaris Belanda di tanah Papua.
Banyak aktifis pendidikan Papua berpendapat bahwa kualitas pendidikan di tanah Papua di pengaruhi oleh sistem pendidikan Indonesia sejak Indonesia mengirim guru guru dari Jawa dan Key untuk membangun ideologi nasionalisme di tanah Papua.
Sejak tahun 1963 pendidikan Indonesia melalui bidang pendidikan dengan mengirim guru-guru dari Jawa dan Ambon untuk berjuang meng-Indonesiakan anak anak papua, para pemimpin di tanah Papua adalah hasil dari pendidikan politik.
Budaya pendidikan Papua diciptakan oleh misonaris Belanda sudah dominasi oleh budaya pendidikan Indonesia sehingga pemerintah Indonesia sudah bersil menghacurkan kualitas pendidikan yang pernah di lakukan oleh pemerintah belanda.
Orientalisme mengirim guru-guru di luar Papua sejak 1963 sampai saat ini, merupakan meng-Indonesiankan orang asli pribumi atau orang Papua dalam buku biografih tentang Uskup Rudolf steferman 1915-1990 yang di tulis oleh Peter Van Leuuw tahun (1993.)
Menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia mengirim guru-guru dari luar Papua termasuk beragama katolik yang tempatkan sekolah katolik seluruh di tanah Papua Puluhan guru dan dosen dikirim ditepatkan sekolah -sekolah maupun perguruan tinggi yang seperti Unversitas Cendrawasih (UNCEN), orientalisme para guru-guru dan dosen itu adalah menjalankan orientalisme politik Indonesia tunduk kepada pemerintah dan mereka berusaha menjadi orang Papua warga Indonesia yang baik tampah memperhatikan apa-apa di hati orang Papua.
Berangkat dari alasan fakta, maka Papua tetap Papua dan posisi pada perjuangan akan kebebasan atas ketidak terimanya jajahan yang berlebihan melanggar hak asasi manusia di sisi pendidikan dan korban korban yang di bunuh habis habisan oleh TNI Porli Indonesia (KM).
Penulis adalah Mahasiswa Papua Kuliah di Papua
0 komentar:
Posting Komentar