selamat datang dan selamat membaca semoga bermanfaat untuk anda..!
News

cerpen anak papua ''jayapura,Tambatan Hatiku


JAYAPURA, TAMBATAN HATIKU
(bagian ke- 3, Selesai)

gambar sumber via facebook/rudolf
Say...gue mo pulang ke Papua, ujar Mia suatu ketika pada Vita sahabat karibnya.
Emang kenapa say, di sini kan enak, lagu pula yang guw dengar, lo bakalan dapet promosi, balas Vita penuh keheranan atas apa yang disampaikan Mia.
Ia gue tau, gue sudah dengar kok, tapi bukan itu yang gue cari, gue ga bisa lagi tinggal di sini, Mia menjawab sambil tatapannya menerawang jauh, memikirkan semua yang sudah di alaminya.
Betapa tidak, beban yang dirasa,, rahasia terdalam di lubuk hatinya, tidak sanggup diceritakan kepada siapapun, termasuk Vita.
Dalam hatinya Mia bertekad kembali ke Papua, dan akan menceritakan semua apa adanya apa ibu.
Mia tau ibunya pasti syok berat, namun pasti akan menerimanya.
Yang paling dicemaskan Mia adalah ayahnya yang begitu tegas dan keras, tidak pernah berkompromi dalam persoalan persoalan keluarga.
Terlebih lalu kedudukan ayahnya dalam keluarga sebagai anak tertua, yang membawa garis keturunan marga, begitu menjaga kehormatan keluarga hingga kini.
Mia..kamu nangis ya, ada apa sih sebenarnya ? masa loe ga pernah cerita apapun ke gue ? gue kan sahabat loe.
Ucapan Vita membuyarkan lamunannya, Mia menoleh
Gpp vit, sudah jam berapa nih, kita pulang yuk, kantor sudah sepi.
Sambil membereskan sisa sisa pekerjaannya, Mia mengajak sahabatnya Vita untuk pulang.
Oke deh say, laki gue juga sudah di bawah, Loe mau numpang ? rute kita kan searah, tawar Vita pada karibnya yang paling disayangi.
Ga usah say, makasih, gue mo mampir dulu belanja keperluan, terang Mia.
Sikap andre yang tidak pernah lagi menyapanya dan menanyakan kabarnya, ditambah cerita cerita yang didengar dari sekelilingnya tentang Andre makin menghancurkan hatinya.
Mia memutuskan untuk pulang ke Papua, meninggalkan semuanya, meski dengan kenyataan yang harus dihadapinya, dirinya tidak sendiri lagi, di dalam tubuhnya kini ada janin yang telah berusia 2 bulan. Mia bertekad pulang ke Papua, mengakui semuanya pada orang tuanya, dan hidup sendiri membesarkan bayinya kelak.
Mia pun pulang ke Papua, disambut suka cita sodara sodaranya terutama ayah dan ibunya.
Hatinya bergetar, menunggu kesempatan yang tetap untuk berterus terang pada ayah dan ibunya.
Disuatu sore yang indah, di teras rumah sambil menikmati teh hangat bersama ayah dan ibunya, Mia menceritakan semuanya, tentang alasannya pulang ke Papua, kondisinya saat ini dan andre yang tidak mau bertanggungjawab. Dengan penuh isak tangis, sambil berlutut mencium kaki ibu dan ayahnya.
Tak ada kata yang keluar dari bunya, hanya air mata kepedihan yang begitu dalam, tak henti hentinya ibunya menangis.
Sementara ayahnya, diam membisu, sambil menghisap sigaret kesukaannya dalam dalam, kepulan kepulan asap sigaret keluar dari mulutnya begitu cepat.
Bangun, duduk di kursi, kata kata yang singkat, datar namun begitu tegas dari ayahnya.
Mia kian pasrah, sambil tak henti hentinya menangis, Mia makin tertunduk bersujut dibawah kaki ayahnya.
Mia...
Kitong pu keluarga tra pernah mengalami hal seperti ini, Ko tau bapa ini kk dalam keluarga besar ini, dan bapa bisa menjaga ko pu bapade dan tanta tanta hingga dong smua su berkeluarga dengan baik. Kata kata ayahnya begitu menikam jantungnya. Mia tak mampu lagi mengangkat mukanya.
Tong pu adat tra bisa menerima hal ini,
Jujur bapa kecewa, tapi ko itu bapa pu anak.
Tuhan mengajarkan bapa untuk memberi maaf.
Jalani hidup ini, Bapa dan mama ada , Keluarga mau bicara apa bapa akan hadapi.
Sambil berkata begitu, ayah Mia pun meneteskan air mata.
Air mata yang tidak pernah mengalir sejak kematian ibunya, neneknya Mia 10 tahun lalu.
Sambil menjulurkan tangan kekarnya, Ayah mia memapah tubuh anak gadis semata wayangnya untuk berdiri dan duduk di kursi.
Mama Mia yang tak henti hentinya menangis karena kecewa, kini makin menjadi jadi tangisannya karena tidak menyangka, suaminya yang sangat keras, sore ini begitu lembut dimatanya.
Mia dan ibunya saling berpelukan.
-------
Mia menjalani hari harinya di rumah dengan penuh ketabahan, sikap ayah dan ibunya yang telah menerimanya, dan saudara saudaranya yang tetap mencintainya memberinya semangat dan kekuatan untuk merawat janinnya.
Mia, ko mau makan apa, sa mau ke pasar beli rokok, sapa salah satu kakak laki-lakinya, Herman.
Kk bli sa rujak ka, balas Mia
Ok sip, pedis to, ko paling suka pedis moo, balas kakaknya tersenyum sambil menghidupkan motornya.
Mia tersenyum, betapa sodara sodaranya paling tau dan saling mengenal dengan baik kegemaran masing-masing.
Ngidam sih ngidam tapi jangan terlalu, jang terlalu banyak makan pedis pedis, jaga kandunganmu, ibunya menimpali percakapan mereka.
Ia ma, tapi ingin skali jadi, balas Mia tersenyum.
Disuatu kesempatan ketika Mia mengunjungi sebuah pusat perbelanjaan yang memang tidak begitu jauh dari rumahnya, tatapan Mia terpaku pada sesosok pria yang begitu dikenalnya.
Ahh....kk Tinus, Mia mendesah dalam hatinya.
Mia cepat cepat ingin menghilang di balik keramaian sore itu, namun Tinus telah melihatnya, tatapan mereka berpadu.
Tinus berlari secepat kilat mendekat.
Ade...ade mia ka ???
Mia pun tertunduk.
Ini ade Mia too, kk su hampir tra kenal, ade su lain skali, ade hamil ka ?
Ade..minta maaf kk banyak WA WA waktu itu, mungkin mengganggu, kk minta maaf ee,
Jang sampe ade pu paitua marah, kk minta maaf skali.
Mia tertunduk, sekali lagi air matanya jatuh membasahi pipinya.
KK..sa pulang dulu ee, sa pu kk laki laki su tunggu di parkiran.
Mia pun bergegas meninggalkan tinus yang begitu heran.
Didalam kamarnya, pikirannya melayang kembali, kepada Tinus, pria yang begitu dikaguminya, Mia mengingat semuanya, hingga pertemuannya sore tadi di mall dengan Tinus, hatinya kelu, bibirnya bergetar.
KK..Maafkan diriku.
Ponselnya berbunyi, pesan masuk dari WA, dilihatnya sepintas, KK Tinus
Batinya berglak, memberi balasan atau tidak, gemuruh di dadanya antara rasa sayangnya dan rasa bersalahnya bercampur baur.
Slamat malam ade, ini dgn saya, tinus
Maaf sa mengganggu lagi, ade baik baik ka,
Tadi sore ada marah saya ka ? kalo sa ada salah ato ada kata kata yang tra sopan, sa minta maaf ee.
Begitu isi WA dari Tinus.
Malam kk, maaf sa baru bisa balas kk pu WA. Sa baik baiik saja. KK trada salah apa apa.
KK pu kabar bagemana, masih kerja di bandara ka ?
Masih ade, kk baik, Cuma sempat pikiran karena trada kabar dari ade jadi, tapi tapi kk su liat ade, kk su senang
Melalui pergumulan batn yang dalam, rasa berdosanya dan perasaan hatinya yang begitu mengganggu, akhirnya Mia memutuskan untuk bertemu dengan Tinus, untuk menceritakan segalanya.
KK Tinus, kalo kk tidak keberatan, kk bisa ke rumah besok siang ka ?
Ada yang sa mau bicara dengan kk.
Oh...io ka ade ? siap, sa meluncur, tinus membalas pesan WA dari Mia dengan begitu bersemangat.
Sudah dibayangkankannya, Mia akan meminta tolong dirinya mengantar atau mengambil barang dan sudah barang tentu, Tinus akan mendapat bayaran.
Slamat siang ade, sapa tinus dari balik pagar
KK..masuk aja, tidak dikunci, kk angkat sedikit pintunya, balas Mia yang sedari tadi sudah menugggu kehadiran Tinus.
Mia menatap tinus yang memarkirkan motornya.
Makin kurus, kumis dan jenggot tidak pernah dicukur, ahh sayang dia,
Mia berbisik dalam hatinya.
Setelah menawarkan makan, Mia pun berkisah tentang perjalanan hidupnya, keadaanya di Jakarta, apa yang telah terjadi dalam dirinya, dan mengapa dirinya tidak pernah lagi memberi kabar dan membalas pesan pesan WA dari Tinus.
Dari semua penjelasan itulah Tinus tau bahwa Mia pernah menaruh hati padanya.
Tinus pun berkisah tentang hidupnya, adik perempuannya yang dusah menamatkan pendidikan dan sudah bekerja sebagai tenaga honor di sebuah kantor pemerintah, dan juga tentang dirinya yang masih aktif menawarkan jasa pengambilan bagasi di bandara.
Hari hari selanjutnya, komunikasi di antara keduanya mulai berjalan dengan baik, saling WA dan saling bertelepon, Mia makin sering mengajak tinus main ke rumah, dan Tinus begitu gembira.
Hari hari Mia pun penuh makna.
Kk tinus, kk su tau sa pu keadaan semua, kk tinus orang baik, cepat menikah sudah, kase kabar saya ee, nanti sa bantu kk. Kalo kk perlu biaya untuk nikah, jangan ragu datang ke sini, nanti sa bantu.
Mia, sa memang ingin menikah, tapi sa ingin cari orang yang baik seperti ade ko.
Sa mau bilang sa dengan ade ko saja, tapi sa tra punya persiapan yang cukup.
Mia merintih di hatinya......
kk..ko mau persiapan apa ??? segalanya ada di sini, kk mo mau saya saja sa terlalu bahagia.
Mia berbicara kepada dirinya sendiri.
Akhirnya Mia membalas ucapan Tinus,
KK..sa juga mau sama kk.
Kedua berpelukan, hati mereka bertaut, rasa yang pernah tumbuh kini menemui hakikatnya.
Hati Mia berbunga-bunga, terlebih lagi Tinus, bukan main girangnya, tak pernah terbayang dalam hidupnya akan mendapatkan seorang wanita yang cantik jelita.
----
Lewat percakapan yang cukup alot dikalangan keluarga akhirnya pihak keluarga kedua belah pihak bisa menerima kenyataan ini, Mia dan Tinus menikah.
Tinus dengan sabar dan penbuh cinta, menjaga Mia menemani hari hari kehamilannya hingga menemani Mia melahirkan di rumah sakit.
Mia lewat bantuanya ayahnya membelikan beberapa kendaraan, dan Tinus usaha rental kendaraan di Bandara.
Tinus tidak lagi menjadi buruh bagasi di bandara, kini pekerjaanya adalah mengecek setoran setoran masuk dari mobil mobil rental.
Kehamilan Mia yang kedua, makin melengkapi kebahagiaan rumah tangga mereka, Keluarga-keluarga dari ayahnya Mia makin sering berkunjung, memberikan ucapan selamat dan memberikan dukungan tanda sukacita.
Setiap malam ketika semua pekerjaan di rumah beres, anak anak dan suaminya Tinus telah tertidur, Mia memanjatkan doa syukur pada Tuhan atas anugerah cinta yang diperolehnya, Orang Tua yang menyayanginya, dan cintanya pada Tinus yang berujung kepada pernikahan.
Diciumnya lembut pipi suaminya yang telah terlelap, Mia pun berbaring di samping Tinus, memeluknya seakan akan tak mau jauh lagi darinya.
- SELESAI -
------------
Akhir Maret 2018, di lorong kehidupan, Rudolfo.Ini adalah cerita fiktif belaka, bila ada kesamaan tokoh dan peristia, mohonmaaf sebesarnya.Foto pada cerpen diperankan model
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: cerpen anak papua ''jayapura,Tambatan Hatiku Rating: 5 Reviewed By: D.K.ADMIN BLOG