Warga salah kampung di Distrik Siriwo. (Jubi/Ist) |
“Daerah Siriwo yang sulit dijangkau dan memang terisolasi saja sudah ada virus mematikan itu. Jadi, menurut saya, ini satu pertanda buruk, walaupun memang belum semua warga memeriksakan diri,” kata Direktur Yayasan Pengembangan Kesejahteraan Masyarakat (YAPKEMA) Paniai, Hanok Herison Pigai, Senin (24/2) siang.
“Kita tidak bisa biarkan hal ini. Pemerintah harus segera menyusun strategi untuk jangkau layanan bagi masyarakat di kampung-kampung terisolir,” harapnya.
Dalam keterangan tertulis yang dikirim ke tabloidjubi.com, Hanok mengungkapkan alasan perlunya upaya pemerintah menghentikan laju penyebaran HIV/AIDS serta tingginya diskriminasi dan stigma pada para penderita.
“Dengan upaya-upaya nyata, emergency respons, kita mencegah terjadinya epidemi dan degradasi sejumlah marga kecil yang ada di daerah terpencil seperti Siriwo, Sukikai, Dumadama, Bogobaida dan Menou,” tutur
Dari kajian YAPKEMA, diketahui keterbatasan pengetahuan warga, berisiko tinggi terhadap penyebaran penularan HIV/AIDS. Diakui, selama ini, penyebaran informasi tentang bahaya HIV di masyarakat sangat rendah, sehingga laju penyebaran HIV sulit terhindarkan atau ibarat gunung es.
“Seseorang akan mengendalikan dirinya seketika pribadinya memiliki pengetahuan yang bagus tentang bahayanya dan faktor penyebab tersebut.
Masyarakat di Papua khususnya daerah-daerah terpencil dan terisolasi sangat rentan terhadap penyebaran penyakit menular seperti ini, sebab mereka belum siap secara pengetahuan untuk mengendalikan bahaya-bahaya ini,” tulisnya dalam siaran pers.
Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Paniai, belum merilis temuan kasus HIV di Distrik Siriwo. Namun, pemerintah daerah terus akan melakukan pemeriksaan massal di daerah itu.
Seperti dikemukakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Paniai, Robby Kayame, pemeriksaan kesehatan tetap dilanjutkan di tahun 2014. Semenjak dilaunching Agustus 2013 lalu di lapangan sepakbola Karel Gobai Enarotali, pemeriksaan sukarela dilakukan agar warga mau memeriksakan dirinya dengan tanpa paksaan untuk memastikan kondisi tubuh mereka.
“Ada beberapa program kerja yang kami tetapkan di tahun 2014. Salah satunya, pemeriksaan massal dan pengobatan gratis di kampung-kampung,” kata Robby.
Secara adminitrasi pemerintahan Distrik Siriwo dengan ibu kota di Dadou, masuk dalam wilayah Kabupaten Paniai. Distrik ini terdapat tiga kampung: Menou, Kotu dan Dadou. Jumlah penduduknya lebih 8.000 orang. Mereka hidup terpencar.
Kampung-kampung ini sulit dijangkau, terletak di balik gunung. Selama ini jarang dikunjungi oleh penduduk dari luar. Jika warga di sana hendak keluar daerah harus berjalan kaki selama sehari penuh ke jalan Trans Papua poros Nabire-Paniai sambil menyeberang jembatan kali Bedu yang terbuat dari rotan berukuran sekira 40 meter. Tiba di KM 145 atau KM 131 barulah mereka bisa menunggu mobil tujuan Dogiyai, Paniai ataupun turun ke Nabire. (Jubi/Markus You)
0 komentar:
Posting Komentar